Sabtu, 17 September 2011

aku, kamu, KITA


Suatu hari nanti, kamu akan tau bagaimana rasanya berada di posisi ini...
Suatu saat nanti, kamu juga akan merasakan bagaimana rasanya seperti ini...
Jika saatnya telah tiba, ceritakan padaku bagaimana rasanya?
Kita akan bertemu lagi nanti :)
Aku juga akan menagih janji yang mungkin kamu telah lupakan.
Tapi sayangnya KAMU disini bukan untuk satu orang saja, yang kemungkinan aku juga akan lupa siapa yang dimaksud dalam tulisan ini. hahahaha
LUPAKAN SAJA!

Jumat, 09 September 2011

GAMANG berteman GALAU

Sebenarnya saya paling benci berada dikeadaan ini, tidak berawal namun sulit tuk mengakhiri.

Tidak pernah ada niatan saya untuk berada di tengah tengah keadaan yang sangat runyam dan memposisikan saya pada tempat yang sebenarnya tidak saya mengerti sama sekali. Lalu, saya harus bagaimana?

Saat ini, saya terlihat seperti pemeran antagonis yang menyudutkan sesama gendernya. Padahal saya tidak pernah berbuat apapun yang membuat saya mengintimidasi sesama gender. Berbicara tentang salah dan benar, saya merasa benar ketika saya memposisikan sebagai teman dan mendengarkan setiap cerita serta memberi sedikit masukan. Namun, ini terlihat salah ketika persoalan mulai menguak dan berada pada level yang lebih complicated lagi. Saya tetap menyalahkan perbuatan yang saya anggap salah. Tapi lagi lagi saya tetap terkena imbasnya, saya pun mengerti dan coba menerima itu.

Mungkin benar saya salah, dengan menjawab seadanya yang saya tahu ketika ditanyakan hal yang sedikit saya tahu, atau saya harus pura pura bodoh ketika dihadapkan pada hal yang saya sedikit tahu?
Yang pasti saya merasa tidak pernah menyudutkan seseorang dan membuatnya berada pada keadaan terpuruk. Saya selalu mengingatkan seseorang untuk memikirkan kembali setiap tindakannya yang saya anggap terlalu egois. Saya juga selalu memposisikan diri sebagai sesama gender yang pasti merasakan hal yang sama ketika diperlakuakan seperti itu. Entah mengasihani diri sendiri atau orang lain, yang pasti saya merasakan feel yang sama ketika saya menjadi pendengar yang baik.

Lewat ini, saya meminta maaf atas kesalahan yang kalian anggap salah. Kalian saudara saya, jadi tak ada sedikit pun niat saya untuk membeda-bedakan. Semuanya sama, benar jika benar dan sebaliknya.

Kamis, 08 September 2011

Fiktif

Pernah membohongi diri?
Saya rasa banyak orang yang melakukan hal bodoh itu.
Entah apa pertimbangannya sehingga banyak orang yang melakukannya.
Ada seorang teman saya yang melakukan kebodohan yang tidak pernah saya duga sebelumnya.
Sebut saja namanya Wira.

Saya tahu persis, Wira sudah lama suka sama sahabatnya, Anti namanya.
Saya tahu perasaan Wira karena Wira pernah mengungkapkan sendiri alasannya menyukai sahabatnya itu.
Suatu ketika, ada candaan Wira yang membuat Anti tertarik untuk menjalani ide bodoh tersebut.
"Eh...Kita buat gencar satu sekolah yuk Ti?"
"Gimana caranya?"
"Hahahaha, gampang kali. Kita pasang aja status in relationship di jejaring sosial," Ujar Wira menggebu.
"Ah males ah, nanti fans fans gue pada kecewa lagi," tolak Anti sambil bercanda.
"Yeeeh, ini malah bakal nguntungin lu kali. Lu bakal bisa ngeyakinin mantan lu kalo lu tuh udah ga ada rasa lagi sma dia," Wira meyakinkan.
Akhirnya Anti pun setuju dengan rencana gila itu.

Prediksi Wira memang benar, semua temannya geger dengan status berpacaran meraka. Tapi tidak dengan mantan Anti, dia memang sedikit kaget. Namun, dia tidak mudah percaya dengan status tersebut. dan kalaupun memang mereka benar-benar jadian, gak masalah pikirnya. Toh mereka sudah saling mengenal lama, dan tak ada alasan lagi untuk Deni (mantan Anti) untuk melarangnya.

Semua kebohongan ini terus berjalan, lambat laun Deni sudah mengikhlaskan Anti untuk Wira. Tapi bukan hanya orang orang itu yang dibohongi oleh Wira dan Anti, hati Wira, perasaan Wira juga dibohongi. Sebenarnya Wira tahu persis, bahwa undangan berpacarannya memang benar-benar datang dari hati.
Hanya saja Anti kurang peka untuk mengetahui kebenaran itu. Sekarang tinggal Wira saja yang terpontang panting untuk mengingatkan asanya bahwa semua ini hanya cerita rekayasa yang dibuatnya.

Entah dengan apa dia meyakinkan dirinya sendiri, kebohongannya bukan hanya menyakiti orang lain tapi juga menyakiti diri sendiri. Belum lagi bagaimana tanggapan orang banyak yang sudah berharap banyak dengan status mereka jika mereka mengetahui bahwa ini hanya bualan iseng yang menyakitkan. Hanya ada 2 pilihan untuk Wira dan Anti, terlebih Wira. Membenarkan hubungannya dengan Wira jujur atas semua rasa yang dirasakan untuk Anti, atau berjiwa besar dengan jujur pada semua orang termasuk Deni, yang konsekuensinya adalah mengurangnya rasa respect terhadap mereka berdua.

Saya rasa, setiap keputusan adalah resiko :)