Rabu, 15 Agustus 2012

Akhirnya Datang Juga

GA: A Cat In My Eyes dan Curhat Setan
Siang ini cuaca begitu panas, waktunya berhibernasi. nyanyanya :D

Saat mata mulai siaga untuk terpejam, Ayah masuk ke kamar dan mengagetkanku. Siluet dari postur tubuhnya tiba-tiba meletakkan sebuah benda cokelat berbalur plastik di atas tempat tidurku. Tanpa berkata-kata dengan kondisi mata setengah menyala aku membaca kertas yang tertempel di depannya, dari Revolvere Project. Cihuuuy, Bukunya sampai :D

Di postingan sebelumnya, telah aku ceritakan secara panjang lebar soal lomba revolvere project kan?
Buku-buku ini di dedikasikan kepada pengkomenya, itu yang aku niatkan sebelum pengumuman pemenang :)

Janji :)
Karena selamat-selamat sudah datang di message handphoneku, terima kasih atas ucapannya.
Selamat dari Ka Dewi
Selamat dari Nina

Selamat dari Ka Ayu

Oh ya, sekali lagi maaf jika blog ini hanya berisikan tentang saya, curahan saya. Mengutip dari akun twitter @niez_maharani (bukan followers atau following saya) "Better to write for your self and have no public then write for public and have no self. Sekian :)



Sabtu, 11 Agustus 2012

Pengakuan

Tiba-tiba ada sms masuk saat aku sedang asik mengobrol sembari menikmati sajian berbuka puasa di sebuah tempat makan. "Nop, review lu jd pilihan review favorit,Gak kebayang, senangnya kayak apa. Apalagi sempat pesimis menjelang hari-hari pengumuman.

SMS Upi
Senin, dua Juli aku menemui Ka Novi dan Ka Ayu di Kantin kampus. Aku tidak sendiri, ada Upi. Di tengah perjalanan menuju Kantin, Upi bilang kalau Fahdisme(dot)com mengadakan lomba review Revolvere Project. Kita memang salah satu penikmat setia karya Fahd. Banyak hal yang kita diskusikan seusai menikmati karyanya. Mulai dari Yang Galau Yang Meracau, Hidup Berawal dari Mimpi, Rahim sampai pada postingan yang di terbitkan di blognya. Dan herannya, kita terlewat untuk mendiskusikan soal Revolvere Project.
"Nop, lu ikutan aja,"
"Ah, engga ah. Gak Pede,"
Awalnya, aku menolak anjuran Upi untuk mengikuti kompetisi itu. Sudah lama aku tidak menulis untuk khalayak ramai, terhitung setelah pengunduran diriku di salah satu organisasi kampus.
Sebenarnya aku pernah menulis profil Fahd, hanya saja aku tidak cukup berani untuk mengulas karya yang sangat aku ganderungi. Bagaimana tidak, aku pernah mencoba membuat karya serupa dan gagal.

Beberapa hari kemudian aku berubah pikiran, aku mengabari Upi bahwa aku ikut serta. Dia mendukung sepenuhnya, begitu juga Ka Novi.

Semalaman menulis, akhirnya delapan juli aku mempostingnya di blog ini.
DAG...DIG....DUG...DAG...DIG...DUG...rasanya setelah mempublikasikan tulisan ini. Karena aku menyadari, tulisan itu amat jauh dari kata sempurna. Tapi dukungan dari orang-orang sekitar membuatku membawanya santai, meskipun masih disertai kepesimisan.

Lagi-lagi pesimis itu datang seperti pada perlombaan MHQ, Puisi, OSN Ekonomi dan PJTL Menulis Feature di USU. Aku memang payah, selalu disertai kepesimisan. Mengutip kata Upi, "Yang lahir November emang kebanyakan pesimis," 

Namaku sudah ada dalam daftar peserta, aku mulai mempromosikan link blogku di berbagai sosial media. Lagi-lagi aku di bantu oleh teman-teman yang baik hati. Oh...ya, kalau boleh jujur, alasanku mengikuti lomba review tersebut karena salah satu imbalan untuk pemenangnya adalah buku yang telah lama aku cari, A Cat In My Eyes. Sudah lama aku mengidamkan untuk sekedar mengintip isi dari buku tersebut. Sayangnya, di berbagai toko buku yang aku jejaki sampai kepada toko buku online stock buku tersebut selalu habis.
Daftar Peserta
GiveAway: A Cat In My Eyes

Di tengah perjalanan menuju tanggal dua puluh tiga juli aku down, syarat untuk mendapatkan buku itu adalah terbanyak komentar. Sedangkan komentar di tulisanku baru 30 pengomen. Aku putus asa, namun aku beruntung mempunyai teman-teman yang baik hati. Mereka menyuportku, mereka juga membantu promosikan link tulisanku di akun mereka. Istiana, Anita, Sevi, Adhi Changcut, Ka Cenul, Raras, Dhea, Makasih banget ya udah bantu Broadcash tulisanku. Gak ada yang bisa aku bales selain kata TERIMA KASIH.
Promo di Twitter sampai kepada keputus asaan

Perlombaan di perpanjang, pengomen tulisanku sudah 60-an. Aku mulai pasrah tingkat akhir, namun masih sempat promosi, hehehe. iseng-iseng liat timeline di twitter, aku baca tweet raditya dika dan aku mengamini. Cukuplah menambah semangatku :)

Tweet Raditya Dika
Akhirnya, 87 komentar hadir di tulisanku per-tanggal 6 Agustus 2012. Dan keesokan harinya Upi mengabariku bahwa aku menang Review terfavorit. Alhamdulillah, akhirnya bisa menjamah A Cat In My Eyes. Tapi kegalauanku belum berakhir. Setelah mendapat predikat Juara Favorit, aku merasa pada titik nadir paling dasar. Apa caraku mendapatkan predikat itu terbilang "curang"?

Masih ada Ka Novi yang setia menyemangatiku, dan aku gak bisa membalas kebaikan mereka selain kata Terima Kasih. Terima Kasih kepada teman-teman yang turut membantu mempromosikan, Terima Kasih kepada teman-teman yang sudah Komen, Terima Kasih kepada teman-teman yang sudah bersedia membaca tulisanku, terima kasih kepada teman-teman yang selalu setia mendukungku.

Akhir kata terima kasih kepada, Upi, Nina, Wiwit, Ka Novi, Febi, Ipit, Pipit, Firman, Widi, Tika, Istiana, Ali, Dhea, Cindy, Ka Ayu, Eka, Salva, Indrayana, Vina, DJ, Ka Cenul, Wisma, Anita, Ade, Azka, Dini, Uchie, Ka Rizky, Raras yang udah komen. Bukunya punya kalian semua.

Terima Kasih Revolvere Project yang membuat tulisanku di baca banyak orang, membuat followers blogku bertambah. Terima Kasih teman-teman peserta, tulisan kalian menakjubkan. Aku perlu belajar dari kalian soal tulis-menulis dan nge-blog me-ngeblog. hehehe

Semoga tulisan di wadah ini bermanfaat, dan maaf jika kurang bermanfaat :)

Bersambung.... (Nanti kalau bukunya udah sampe)

nb: tulisan ini bukan bermaksud riya, hanya sharing semata :)

Minggu, 05 Agustus 2012

For: My Leo, My Hero.

"Ya Allah, Semoga masih diberi kesempatan untuk merasakan moment seperti ini lagi,"


Katamu, Aku gak boleh pulang terlalu larut malam.
Katamu, Aku gak boleh bermalam di rumah orang lain.
Katamu, Aku harapanmu.
Kamu memang seseorang yang OVER PROTECTIVE.

Kata mereka, Aku Anak emasmu.
Kata mereka, Kamu selalu memenuhi apa mauku.
Kata mereka, Kamu selalu bangga padaku.
Sejujurnya, aku tidak peduli kata mereka. Aku hanya peduli "Kita". Kamu, Aku dan Keluarga Kita.

Ayah, Hari ini bertambah satu lagi usiamu, Bertambah lagi Pengalamanmu, Bertambah lagi Kemapananmu, Bertambah lagi rasa sayang kami padamu. Entah mengapa, selalu bertambah setiap detiknya.

Ayah, Semoga kebersamaan kita tidak cepat berlalu, biarkan waktu di bekukan oleh cintaku, cintamu, cinta Keluarga Kita.

Ayah, Aku punya permintaan. Jika mereka benar, Kamu pasti memenuhinya.
Aku mau kamu selalu sehat, Aku mau kamu dan Mama selalu menemaniku, Aku mau kita selalu bahagia, sesulit apapun jalan yang menghadang kita.

Euphoria Kebersamaan Hari ini
Memory Euphoria 16 01 2012

Ayah, Selamat Ulang Tahun. Kamu akan selalu jadi Raja di hati kami. Kamu akan selalu Jadi Pahlawan di setiap jejak kehidupanku. Tak ada yang bisa menggantikan Tempatmu, tempat Mama. Semua sudah terpatri pada tempatnya, pada porsinya. Terima Kasih Ayah. Cepat sembuh Ayahku sayang. Jangan meminta doaku, karena doaku selalu untuk KITA.

Terima kasih untuk kebersamaan hari ini Ayah, Mama, Kakak, Cindy, Bang Ozy dan Acha :)

Lagi Lagi Absurd (ʃ⌣́,⌣́ƪ)

I'm accepts you for who you are, you're awesome the way you are.

Pantai Ujung Genteng, Sukabumi
Tiga menit lalu, kamu meng-update itu di salah satu jejaring sosial. Aku tidak tahu siapa yang kamu maksud.

Sudah enam bulan ini aku mengagumimu dalam diam. Aku selalu peduli tentang apa saja yang terjadi padamu. Sayangnya, kita hanya kenal di dunia maya. Aku cukupkan rasa itu pada sebatas kagum.
Aku suka senja, kamu juga.
Di sore itu,  saat matahari perlahan berpamitan pada indahnya pantai ujung genteng, dia membawa selipan doa itu. Semoga Tuhan menggenggam doaku dan menjadikannya nyata.
***

Selain hujan dan senja, aku suka suasana subuh. Sejuk, menenangkan.
Aku bergegas  untuk kembali memeriksa barang bawaanku. Hari ini, aku akan pergi liburan bersama Tia dan Endah ke Belitung. Sudah lama aku mendambakan untuk sekedar berkenalan dengan indahnya laut dan Pantai Tanjung tinggi, Belitung.
Ah, laut memang selalu memberi kesahajaan bagi penikmatnya.

Pantai Tanjung Tinggi, Belitung
Pukul satu siang, Kami sampai juga di Belitung. Setelah sebentar rehat, kami segera menuju paparan pasir putih yang mempesona. Kami sudah tak sabar lagi bermain-main dengan deburan ombak yang genit mengejek pantai.

Bahagia memang sederhana. Menikmati Maha karya Tuhan secara gratis itu (selalu) menyenangkan.


***

Ups... Kamu lagi-lagi update digit itu, selalu itu. Apa makna yang tersembunyi di dalamnya?
Rasa ingin tahuku mulai memenuhi kepala, mungkin-mungkin pun terlontar secara tidak sadar dari otak.
Sudahlah, jauh dari kata Kita. Ada saja alasan yang mengekang dan mmemisahkan Aku dari kata "Kita"mu.
***

"Kamu hebat Jani," Seseorang mengagetkanku yang sedang berdebar menanti matahari pamit.
Sedikit tercengang, Aku segera melumuri wajah 'cengo'ku dengan senyum.
Senja di Pantai Tanjung Tinggi
"WOW! Dari mana kamu tahu namaku?"
"Kamu mengenaliku?" Dia tertawa.
"Terlalu, jika aku tak mengenal penguasa hati di Negeri burung itu," Ya ampun, lagi-lagi aku bergurau konyol.
"Hah? Maksudnya? Kamu bingung.
"Aku Anjani, Kamu tak perlu memperkenalkan diri, aku kenal kamu kok," kataku sembari menjulurkan tangan ke arahnya.
"Biar resmi, aku juga memperkenalkan diri dong, hehehe aku Esa," Senyum itu lagi.

***

Pantai ParangKusumo, Jogjakarta (doc.pribadi)
Hei, Kamu itu misterius. Bagaimana mungkin kita bisa bertemu di luar dunia maya?
Kamu lebih menakjubkan dari yang tercitra di dunia maya.

"Kamu ingat tentang seseorang yang bertanya padamu di Pantai ParangKusumo?" tanyamu.
"Seseorang?" Aku memanggil kembali ingatanku tentang semua kejadian di ParangKusumo. "Oh ya, aku ingat. Orang yang bertanya ujung langit dan akhir laut?" Jawabku cepat.
"Iya, kamu hebat," Hebat lagi?
Belum sempat aku bertanya tentang kehebatanku menurutnya, dia sudah menjelaskan.
"Kamu hebat membuatku menemukanmu,"

Aku tersipu, Kamu tersenyum, Laut bernyanyi dan Matahari menyampaikan doaku. (˘⌣˘) 

nb: Cerita ini Intermezzo lanjutan dari Cerita Ini.
Gambar dari sinisini dan sini.

Rabu, 01 Agustus 2012

Dongeng: Adik Tupai

ilustrasi belum jadi, hihihi
Pada jaman dahulu kala, di sebuah hutan, tinggallah keluarga kelinci yang bahagia. Mereka terdiri dari Bapak, Ibu dan dua ekor anak perempuan.

Suatu hari, keluarga ini kedatangan anggota baru, seekor anak tupai yang cantik. Bapak kelinci yang membawanya, "Aku mendapatinya sedang sedih ditinggal induknya," begitu kata bapak kelinci.

Meskipun berbeda spesies, keluarga ini sangat menyayanginya. Tidak pernah membeda-bedakan. Apalagi Ibu kelinci, dia merawat anak tupai dengan kasih sayang, hal itu terlihat dari dia memperlakukan anak tupai seperti kedua ekor anak kelincinya.

Kedua anak kelinci itupun sama, anak tupai itu sangat mereka kasihi, layaknya adik mereka sendiri. Meskipun sering terjadi perkelahian antara anak kelinci paling bungsu dengan anak tupai tersebut. Namun, perkelahian mereka layaknya kakak beradik. Bapak kelinci selalu memarahi keduanya, bapak kelinci tidak mau mereka berkelahi, karena mereka bersaudara.

Ketika para tetangga di hutan itu meributkan anggota baru di rumah mereka, keluarga itu tidak pernah memusingkannya.

Suatu hari, anak tupai terlihat bersedih.
Kedua kakaknya mmendekatinya dan bertanya, "Adikku sayang, kenapa bersedih?" tanya si sulung.
"Kakak, kenapa mereka masih menganggapku berbeda darikalian?" tanya anak tupai itu balik.
"Siapa yang menganggapmu berbeda dan membuatmu sedih, adikku?" seru si bungsu kesal.
"Adik-adikku sayang, kita tidak bisa memaksa orang lain untuk berpandangan sama dengan kita. Biarlah mereka menganggapmu berbeda, tapi aku, bungsu, Ayah, Ibu tak menganggapmu begitu," si sulung menenangkan kedua adiknya.

Musim hujan berganti musim kemarau. Daun-daun juga sudah silih bergantian meramaikan batang pohon, rumah keluarga itu tinggal.

Kini, anak tupai itu sudah beranjak dewasa. Tentu di temani oleh keluarga kelinci tersebut.
Dengan seiring berjalannya waktu, semua penduduk hutan sudah mulai lupa kalau anak tupai dari keluarga kelinci itu seekor tupai.

Andai manusia juga lebih mudah beradaptasi dengan perbedaan. Tentu tak perlu ada lagi berita-berita mengerikan di setiap headline surat kabar, televisi atau berita acara kepolisian.

Seperti dongeng kebanyakan, akhirnya mereka hidup bahagia di sisa hidupnya.

Cerita di tulis saat mata kriyep kriyep sehabis sahur :D

Sinta Novizah