ilustrasi belum jadi, hihihi |
Pada jaman dahulu kala, di sebuah hutan, tinggallah keluarga kelinci yang bahagia. Mereka terdiri dari Bapak, Ibu dan dua ekor anak perempuan.
Suatu hari, keluarga ini kedatangan anggota baru, seekor anak tupai yang cantik. Bapak kelinci yang membawanya, "Aku mendapatinya sedang sedih ditinggal induknya," begitu kata bapak kelinci.
Meskipun berbeda spesies, keluarga ini sangat menyayanginya. Tidak pernah membeda-bedakan. Apalagi Ibu kelinci, dia merawat anak tupai dengan kasih sayang, hal itu terlihat dari dia memperlakukan anak tupai seperti kedua ekor anak kelincinya.
Kedua anak kelinci itupun sama, anak tupai itu sangat mereka kasihi, layaknya adik mereka sendiri. Meskipun sering terjadi perkelahian antara anak kelinci paling bungsu dengan anak tupai tersebut. Namun, perkelahian mereka layaknya kakak beradik. Bapak kelinci selalu memarahi keduanya, bapak kelinci tidak mau mereka berkelahi, karena mereka bersaudara.
Ketika para tetangga di hutan itu meributkan anggota baru di rumah mereka, keluarga itu tidak pernah memusingkannya.
Suatu hari, anak tupai terlihat bersedih.
Kedua kakaknya mmendekatinya dan bertanya, "Adikku sayang, kenapa bersedih?" tanya si sulung.
Kedua kakaknya mmendekatinya dan bertanya, "Adikku sayang, kenapa bersedih?" tanya si sulung.
"Kakak, kenapa mereka masih menganggapku berbeda darikalian?" tanya anak tupai itu balik.
"Siapa yang menganggapmu berbeda dan membuatmu sedih, adikku?" seru si bungsu kesal.
"Adik-adikku sayang, kita tidak bisa memaksa orang lain untuk berpandangan sama dengan kita. Biarlah mereka menganggapmu berbeda, tapi aku, bungsu, Ayah, Ibu tak menganggapmu begitu," si sulung menenangkan kedua adiknya.
Musim hujan berganti musim kemarau. Daun-daun juga sudah silih bergantian meramaikan batang pohon, rumah keluarga itu tinggal.
Kini, anak tupai itu sudah beranjak dewasa. Tentu di temani oleh keluarga kelinci tersebut.
Dengan seiring berjalannya waktu, semua penduduk hutan sudah mulai lupa kalau anak tupai dari keluarga kelinci itu seekor tupai.
Andai manusia juga lebih mudah beradaptasi dengan perbedaan. Tentu tak perlu ada lagi berita-berita mengerikan di setiap headline surat kabar, televisi atau berita acara kepolisian.
Seperti dongeng kebanyakan, akhirnya mereka hidup bahagia di sisa hidupnya.
Cerita di tulis saat mata kriyep kriyep sehabis sahur :D
Sinta Novizah
perbedaan membuat indah kehidupan ^ ^
BalasHapusMengundang sahabat blogger dalam rangka Persembahan Menulis Untuk Semua
http://catatan-indrayana.blogspot.com/2012/08/persembahan-giveaway-sahabat-blogger.html
iya :)
Hapusdi usahakan ya untuk turut berpartisipasi disana :)
wah kayanya gw akrab banget sama cerita ini :)
BalasHapusahahahaha, eh poto jadul kita jangan lupa di kirim ya :*
Hapusjika perbedaan tidak menimbulkan masalah..
BalasHapusmaka dunia ini sangat damai..
namun tidak menarik..
perbedaan pasti nimbulin perselisihan cuma kalo kita bisa menyiasatinya, perbedaan itu malah buat kita saling melengkapi satu sama lain bukan :)
Hapusbukannya perbedaan itu emang selalu untuk saling melengkapi :D
andai semua perbedaan diterima....
BalasHapusmaka tiada konflik..
tiada konflik berarti tiada polisi
tiada polisi brarti gayus melenggang bebas..
krna masalah gayus bukan perbedaan
tapi "korupsi"
dengan kata lain..
walau tiada perbedaan maslah tetap ada..
salam Rangers
kalopun setiap perbedaan di terima, bukan berarti gak ada konflik yang menguak ke permukaan. karna dasarnya, setiap manusia punya cara pandang yang berbeda.
Hapushanya saja, bagaimana kita menyikapi perbedaan itu yang menimbulkan efek lain. kalo kita lebih gampang beradaptasi sm perbedaan sudah tentu kita lebih terbiasa menyelesaikannya.
soal gayus, itu juga masalah perbedaan gue rasa.
perbedaan kesetaraan dan kesenjangan sosial yang buat dia mau terus menerus nambah kekayaannya. di luar sifat manusia yang gak pernah puas ya :)
setuju dah ma kamuu.......
Hapus