Hari minggu yang cerah, hari yang biasanya aku
manfaatkan untuk berleha-leha di
rumah. Tiba-tiba handphoneku
bergetar, ada pesan masuk. Seperti biasanya, dengan malas aku membuka pesan
tersebut. Namun ini bukan hal yang biasa, karena setelah membacanya aku
bergetar antara percaya dan tidak. Pesan tersebut mengabarkan kepergian temanku
dari dunia ini. Ia meregang nyawa dalam kecelakaan di daerahnya.
***
Sepertinya, harus selalu siap menunggu dosen yang
telat tanpa batas waktu yang pasti. Sembari menunggu, temanku bercerita tentang
salah satu mahasiswi di kampusku yang juga mengalami kecelakaan. Bedanya, Ia
masih diberikan kekuatan untuk tetap memperjuangkan hidupnya di ruang ICU.
Ah… entah bagaimana caranya, kedua berita itu mampu
mengambil bagian di pikiranku. Bukan hanya itu, orang tuaku juga jadi lebih
sering menasehatiku untuk tidak menggunakan sepeda motor dengan kecepatan yang
berlebih. “gak kok, tata bawa motornya pelan,” selalu itu jawabku.
Mungkin rasa kehilangan yang di takutkan, bukan
kematiannya. Setiap orang mungkin sadar bahwa setiap harinya kematian itu
dekat, bahkan teramat dekat. Meskipun begitu, masih banyak orang yang berusaha
mengalihkannya dan menunda untuk menyiapkan bekal perjalanan itu.
Huh, hari ini membosankan.
***
Terik matahari sepertinya bersaing dengan semangkuk
mie ayam yang aku beli sepulang kuliah siang ini. Setelah melahap habis makan
siangku itu, aku menyalakan televisi. Sempat mengganti-ganti channel. Hampir
semua tayangan membosankan, akhirnya aku berlabuh pada channel yang di belakang
namanya ada embel-embel “family”. Mindsetku
ini tontonan untuk keluarga, sudah pasti menyenangkan. Ya, aku memang tidak
salah karena memang film itu bagus.
Film itu menceritakan sebuah keluarga yang orangtuanya
harus berpisah. Singkat cerita, Kematian yang akhirnya menjelaskan kesalah pahaman
yang ada diantara keluarga itu. Yang mengharukan adalah ketika kedua anaknya
yang masih dalam usia belia harus menerima perpisahan kedua orang tuanya
beserta berita penyakit yang diderita ibunya. Kanker.
Dua ribu dua belas. Tentunya kalian tahu, suku maya
meyakini bahwa tahun ini adalah akhir jaman. Jangan Tanya aku, aku tidak tahu.
Hanya kuasaNya yang dapat diyakini.
***
Kematian. Entah, aku sendiri tidak tahu kapan waktu
itu datang padaku. Menghentikan waktuku di dunia. Yang aku tahu, dia (Kematian)
akan datang tanpa meminta persetujuanku. Menanyakan kesiapan serta persiapanku.
Malas berangan-angan. Jika dia datang merenggut
orang-orang yang aku sayangi. Tegas aku katakan, aku tak pernah siap. Tapi, apa
dia mengerti?
Jakarta, 07 Desember 2011/31 Mei 2012
cuma bisa bilang : semoga kita bisa berjumpa lagi haha
BalasHapusamiiiiiiin. mudah-mudahan di sana kita juga jodoh :D
Hapus