Sebelumnya, video dan tulisan ini di peruntukan bagi tugas Komunikasi Antar Budaya, Stereotype Indonesia-Jerman.
Terima kasih untuk pihak-pihak yang mendukung. Terutama untuk Konsep Revolvere Project milik Fahd Djibran, Futih dan Fiersa yang menginspirasi sehingga tercipta video ini.
Pandangan
Alunan stagnan air hujan yang berkolaborasi dengan
kilat, menemani kesepuluh jemariku menari diatas tuts keyboard komputer. Melintasi
cakrawala dan dimensi yang takku tahu pasti.
Hai, Namaku Nomina. Aku lahir dan di besarkan di
Indonesia, Negara kepulauan yang penuh dengan Sumber Daya Alam melimpah. Jangan
Tanya apakah kami “Kaya”, Cukup kalian berkunjung ke Negara kami kemudian akan mendapat jawabannya.
Beberapa bulan ini, Aku menjalin komunikasi baik
dengan seorang teman baru. Regen namanya, Ia asli Jerman. Awalnya ada ketakutan
yang menerjang kepercayaan diri, Aku ingat ketika seorang teman bercerita tentang
pandangannya terhadap orang Jerman. Kaku, tidak humoris. Begitu kata katanya
yang masih Aku ingat jelas terluncur dengan gayanya yang khas.
“Kemarin aku
ketemu sama teman Kakakku, dia asli jerman. Pinter sih, tapi Kaku banget,”
celoteh Rainy di depan kelas.
Tentunya itu menjadi bahan perbincangan yang menarik
untukku dan beberapa teman sekelasku.
“oh ya? Katanya orang jerman
keras kepala ya?” timpal Yagis.
“Iya, Gis. Terus perfeksionis banget, tepat waktu
lagi,” Kisa menambahkan.
Karena tidak punya pengalaman apapun dengan Orang
Jerman, bahkan mendengar selintingan sifat mereka pun Aku tak. Oleh karena itu,
Aku hanya menjadi pendengar yang baik saja.
***
Seiring berjalan waktu, Aku dan Regen semakin dekat.
Banyak hal yang aku ceritakan padanya, begitu juga dia. Belakangan ini aku baru
tahu, bahwa Orang Jerman pun mempunyai warna-warni pandangan terhadap orang
Indonesia. Yang Ia ceritakan padaku, Mereka (orang Jerman) beranggapan bahwa
orang Indonesia itu Penakut.
“Kamu tahu Nomina, awalnya
aku kira semua orang Indonesia penakut dan pemalas,” tulisnya dalam bahasa
Inggris di suatu Jejaring sosial.
“Hahaha, Lalu bagaimana
pendapatmu setelah mengenalku?” Jawabku singkat.
“Bukan Cuma itu, kami
menganggap kalian adalah orang yang extrovert dan low profile juga family
oriented,” sambungnya.
Percakapan kami terus berkembang, Menambah
pengetahuanku tentang banyak hal yang tidak ku ketahui sebelumnya.
Ah, terjawab sudah semua hal yang memenuhi pikiranku
sebelumnya. Sudah saatnya lebih empati dan membuka diri untuk mengenal dan
berdamai dengan perbedaan.
Fiersa Besari - Melangkkah Tanpamu
Pagi mengetuk mata menamatkan sang mimpi
Dan satu malaikat, dia tertinggal disini
Apa yang telah kuperbuat? Menghancurkan semuanya
Satu khilaf berbisik, dua hati terpecah
Adakah jalan pulang untukku?
Aku yang bodoh melepasmu
Hal terbaik yang pernah ada di hidupku
Kini aku tak tahu
Bagaimana cara melangkah tanpamu
Terhempas tak membekas, bisu dan air mata
"Maaf" tidak berguna, rapuhku tanpa arah
Adakah jalan pulang untukku?
Aku yang bodoh melepasmu
Hal terbaik yang pernah ada di hidupku
Kini aku tak tahu
Bagaimana cara melangkah tanpamu
Retak menyisakan jejak tak terhapus
Dimana kau kini? Sungguh aku rindu
Dan satu malaikat, dia tertinggal disini
Apa yang telah kuperbuat? Menghancurkan semuanya
Satu khilaf berbisik, dua hati terpecah
Adakah jalan pulang untukku?
Aku yang bodoh melepasmu
Hal terbaik yang pernah ada di hidupku
Kini aku tak tahu
Bagaimana cara melangkah tanpamu
Terhempas tak membekas, bisu dan air mata
"Maaf" tidak berguna, rapuhku tanpa arah
Adakah jalan pulang untukku?
Aku yang bodoh melepasmu
Hal terbaik yang pernah ada di hidupku
Kini aku tak tahu
Bagaimana cara melangkah tanpamu
Retak menyisakan jejak tak terhapus
Dimana kau kini? Sungguh aku rindu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar