Mengawali postingan kali ini—Selamat Hari
Raya idul Fitri, Mohon Maaf lahir dan bathin. Bagaimana dengan
liburannya? Diisi dengan istirahat di rumah atau ikut tradisi mudik nih?
Sebelum kembali pada rutinitas yang melelahkan, saya akan berbagi cerita tentang liburan singkat di kepulauan seribu. Seperti tahun-tahun sebelumnya, saya selalu menjadi penunggu ibukota disaat yang lain hilir mudik kembali ke kota asal mereka. Nah, kali ini untuk mengisi kekosongan kota—saya mengunjungi salah satu tempat wisata di bilangan Jakarta. Karena tempat wisata di pusat Jakarta sudah dipadati oleh orang-orang yang juga tidak mudik, maka saya memilih untuk melimpir ke pinggir ibukota.
Jakarta, 19 Juli 2015
Malam sebelumnya
saya baru merencanakan untuk pergi ke pulau pari dengan sahabat saya, Anita. Dengan
diskusi yang singkat kami memutuskan untuk berangkat dari rumah pukul 6 pagi. Pilihannya,
berangkat dari Pelabuhan Muara Angke, Tanjung pasir atau marina Ancol. Kami pun
memutuskan untuk berangkat dari pelabuhan muara angke.
Setelah menjemput Anita di rumahnya pukul 6 lewat 25 menit (ngaret adalah kebiasaan buruk yang susah sekali dihilangkan), kami menuju pelabuhan Muara Angke. Di dukung dengan suasana jalan yang masih lenggang, hanya butuh waktu sekitar 30 menit perjalanan melalui Kalideres. Sesampainya di pelabuhan, kalian akan disuguhkan oleh aroma khas muara angke. Agak sulit untuk memarkir kendaraan di dalam, karena parkiran sudah dipenuhi oleh kendaraan lain yang pemiliknya juga ingin menyeberang pulau.
Entah karna petugas pelabuhan masih libur atau memang biasanya seperti itu, saat masuk kedalam pelabuhan—saya tidak diberikan tiket, baik tiket parkir ataupun tiket naik kapal laut. Tapi, ada papan tarif yang terpampang di gate depan saat kita memasuki pelabuhan. Beberapa kapal laut sudah berangkat menuju berbagai destinasi, dari pulau untung jawa sampai pulau tidung. Agak jauh berjalan ke belakang, ada seorang laki-laki yang berteriak “Ayo... Kapal terakhir ke Pari!” setengah berlari, kamipun menghampiri lelaki itu dan mengikutinya menuju kapal yang dimaksud.
Saat menuju kapal yang akan kami tumpangi, saya sempat bertanya tentang jadwal keberangkatan kapal. “jam delapan dan jam sepuluh,” jawabnya. “Kalau kapal dari pulau kembali kesini jam berapa pak?” Tanya saya, “Besok pagi,” sedikit memicingkan mata, saya pun mengikuti langkah kaki lelaki itu.
Kira-kira pukul 8 lewat 5 menit, akhirnya kapal berangkat menuju gugusan pulau di kepulauan seribu. Hari itu ombak lumayan tinggi, seperti yang diduga, maka banyak penumpang yang bersiap memegang plastik kresek—termasuk saya, Hehehe. Sedikit saran, sebaiknya memilih tempat duduk diatas karena diatas goncangan ombak tidak terlalu besar seperti dibawah. Selain itu, udara diatas lebih banyak dibanding dibawah. Jika sudah merasa pusing, maka lebih baik merebahkan badan dan jangan memaksa untuk tetap duduk dan memperhatikan sekitar. Kalau boleh beri masukan, sebaiknya menggunakan pakaian dengan warna yang tidak mencolok dan menggunakan wewangian secukupnya. Selain mengganggu diri sendiri saat mabuk laut, juga mengganggu sekitar (Ini pengalaman banget :p).
Karena tidak diberi tiket saat masuk pelabuhan, ketika kapal sudah berlayar seperempat perjalanan ada orang yang meminta ongkos. Walaupun dipapan gate depan pelabuhan tertera harga tiket 42ribu untuk ke pulau untung dan pari, saya dikenakan biaya 50ribu per-orang.
Sekitar 2 jam perjalanan sampailah di pulau pari, pulau berhias laut biru jernih dan pasir putih yang menggoda. Berbeda dengan perkataan lelaki yang mengatakan tidak ada kapal yang balik ke pelabuhan hari itu juga, nyatanya ada kapal yang kembali ke pelabuhan pukul 1 siang nanti. Kami pun menandai pukul 1 agar tidak tertinggal kapal kembali ke pelabuhan, karena kami memang tidak berniat untuk bermalam.
Berjalan-jalan
dipinggir pantai dan memanjakan diri dengan deburan ombak dibibir pantai dapat sedikit menghilangkan lelah. Jika ingin memanjakan perut, disana juga banyak
tersedia tukang jajanan, jangan khawatir soal harga—tidak perlu merogoh kantong
terlalu dalam untuk sekedar makan bakso, otak-otak ataupun es kelapa, harganya
sama seperti kita beli di rumah. Disana juga tersedia wahana Banana Boat atau
snorkling jika menginginkannya. Banyak juga kapal nelayan yang siap
mengantarkan menuju pulau kecil disekitar pulau. Pulau pari terkenal dengan tanaman mangrovenya loh.
Setelah
foto-foto dan bermain, kami pun harus kembali ke dermaga. Jam menunjukan pukul
12 lewat 5 menit, tergesa-gesa mengganti pakaian yang basah kami menuju kapal
yang dari jauh sudah terlihat bersandar.
Loh...loh kok kapalnya sudah mulai parkir dan bersiap kembali? Kami pun mempercepat
langkah, saat itu jam menunjukkan pukul 12 lewat 25 menit. Namun karna tempat
kami bermain air lumayan jauh dari dermaga, maka kami pun tertinggal :(
Beberapa
warga sekitar bertanya tentang ketertinggalan kami, saya pun memberanikan untuk
bertanya apakah ada kapal lain. Beberapa menjawab bahwa kapal tadi adalah yang
terakhir, namun ada juga yang bilang bahwa sekitar pukul 3 nanti ada kapal yang
kembali dari pelabuhan. Kami pun menunggu sambil berharap bahwa kapal itu
memang ada.
Ternyata bukan hanya kami yang tertinggal, ada beberapa orang juga yang tertinggal kapal. Sebagian menanggapinya dengan tertawa dan sebagian lagi dengan panik. Akhirnya sekitar pukul setengah 3 sore ada kapal yang merapat ke pulau pari, tapi kapal itu menuju pulau tidung dan langsung kembali ke pelabuhan. Tidak ada pilihan lain selain ikut kapal itu ke tidung dan kemudian kembali ke pelabuhan. Untuk kembali ke pelabuhan, kami tidak dikenakan biaya lagi. Sekitar sejam perjalanan dari pari ke tidung akhirnya kami pun kembali ke pelabuhan muara angke dengan aksen sunset.
Untuk turun
dari kapal, kami harus melalui kapal-kapal yang sudah terlebih dulu bersandar. Harus
berhati-hati menetapkan langkah karena jika salah melangkah kita akan tercebur ke laut. Setelah berhasil melewati kapal dan menapaki pelabuhan, kami pun
kembali ke parkiran dan membayar uang parkir sebesar 5rb rupiah. Waaah pengalaman
yang tidak terlupakan :)
Tips:
* Jika kalian ingin menikmati liburan dengan tenang tanpa harus memikirkan tentang jadwal kapal dll, disarankan untuk menggunakan jasa travel. Tapi jika ingin mengurusnya sendiri, backpacker juga pilihan yang menyenangkan.
** Biaya untuk Travel bervariasi mulai dari 300rb, tergantung fasilitas yang didapat. Sedangkan bila kalian ingin menghemat biaya, backpacker amat disarankan :)
*** Jika ingin melakukan perjalanan seharian saja, prepare untuk berada di dermaga 30 menit sebelum kapal datang.
Tips:
* Jika kalian ingin menikmati liburan dengan tenang tanpa harus memikirkan tentang jadwal kapal dll, disarankan untuk menggunakan jasa travel. Tapi jika ingin mengurusnya sendiri, backpacker juga pilihan yang menyenangkan.
** Biaya untuk Travel bervariasi mulai dari 300rb, tergantung fasilitas yang didapat. Sedangkan bila kalian ingin menghemat biaya, backpacker amat disarankan :)
*** Jika ingin melakukan perjalanan seharian saja, prepare untuk berada di dermaga 30 menit sebelum kapal datang.